- Home >
- Kisah Nabi Muhammad S.A.W
Posted by : Unknown
Jumat, 19 Mei 2017
Rasulullah Saw mempunyai nama lengkap Muhammad bin Abdullah
bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Qushayi bin Kilab bin Murrah
bin Ka’ab bin Luayy bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin Nadhar bin Kinanah bin
Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma’ad bin ‘Adnan dan
selanjutnya bertemu garis keterunan beliau dengan Nabi Ismail as.
Adapun garis keturunan beliau dari sisi Ibunya adalah
Muhammad bin Aminahbinti Wahab bin Abdi Manaf bin Zuhrah bin Kilab. Dengan
demikian, garis keturunan beliau dari sisi ayah dan ibu bertemu pada kakek
beliau, Kilab.
- Tahun Gajah
Pada tahun ini datang pasukan gajah yang dipimpin oleh
Abrahah dari negeri Habasyah untuk merobohkan Ka’bah. Maksud jahat mereka ini
berhasil digagalkan dengan pertolongan Allah Swt yang mengirimkan burung-burung
Ababil, yang menjatuhkan batu-batu yang mengandung wabah penyakit dan
menimpakannya atas pasukan Abrahah. Perisitiwa ini terjadi pada pertengahan
abad ke 6 Masehi.
- Kelahiran Nabi Muhammad SAW
Menurut pendapat yang paling kuat, Rasulullah Saw dilahirkan
pada hari Senin, malam 12 Rabiul Awwal di Makkah bertepatan dengan awal Tahun
Gajah.
Jarak antara kelahiran Nabi Muhammad Saw dengan kelahiran
Nabi Isa As adalah 571 tahun, antara Nabi Isa as hingga wafatnya Nabi Musa As
adalah 1716 tahun, antara Nabi Musa As dan Nabi Ibrahim As adalah 545 tahun,
antara Nabi Ibrahim As dan air bah yang terjadi pada masa Nabi Nuh As adalah
1080 tahun, antara air bah Nabi Nuh As dan Nabi Adam As adalah 2242 tahun.
Sehingga jarak antara kelahiran Nabi Muhammad Saw dan Nabi Adam As adalah 6155
tahun, berdasarkan riwayat yang masyhur dari para ahli sejarah.
Nabi Muhammad Saw dibesarkan di Makkah sebagai anak yatim,
karena ayahnya Abdullah wafat di Madinah dua bulan sebelum Beliau lahir. Pada
waktu itu ayahnya sedang berdagang di Syam dan singgah di Madinah dalam keadaan
sakit, hingga wafat di rumah pamannya dari bani Najjar.
Ayahnya tidak meninggalkan apa-apa kecuali 5 ekor unta dan
sahaya perempuan.
- Masa Persusuan Nabi Muhammad SAW
Pada waktu itu bangsa Arab mempunyai kebiasaan untuk
menitipkan penyusuan anak-anak mereka kepada perempuan lain di dusun dengan
harapan agar anak tersebut di kemudian hari mempunyai tubuh yang kuat dan
omongan yang fasih.
Berdasarkan kebiasaan inilah kakeknya Abdul Muthalib
menyerahkan cucunya Muhammad Saw kepada Halimah binti Dzuaib As-Sa’diyah salah
seorang perempuan dari Bani Sa’ad untuk menyusui Beliau.
Pada saat itu, Bani Sa’ad sedang dilanda paceklik, kemarau
panjang melanda daerah tempat tinggal mereka. Tapi ketika Muhammad kecil tiba
di kediaman halimah dan menetap di sana untuk disusui, lambat laun tanah di
sekitar kediaman Halimah kembali subur.
Ketika Rasulullah Saw tinggal di kediaman Halimah sering
terjadi hal-hal luar biasa pada diri Nabi Muhammad Saw termasuk peristiwa
“pembelahan dada”. Setelah disapih, Nabi Muhammad pun dikembalikan kepada
ibundanya Aminah. Saat itu, Rasulullah Saw baru berusia lima tahun.
- Wafatnya Ibu Nabi Muhammad Saw
Pada tahun keenam dari umur beliau SAW, ibunya membawanya
pergi ke Madinah untuk menemui paman-pamannya di sana. Namun ketika baru sampai
ke desa Abwa, yakni suatu desa yang terletak antara kota Mekkah dan Madinah,
Ibunya, Aminah meninggal dunia. Maka beliau Saw diasuh oleh Ummu Aiman dibawah
tanggungan kakek beliau Abdul Muthalib, dan ini berlangsung selama dua tahun.
- Wafatnya Kakek Nabi Muhammad Saw
Pada tahun kedelapan dari umur beliau, Abdul Muthalib kakek
beliau meninggal dunia, maka beliau selanjutnya diasuh oleh paman beliau Abu
Thalib. Abu Thalib ini adalah seorang yang dermawan namun kehidupannya fakir
yang tak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
- Perjalanan Pertama Nabi Muhammad Saw ke Syam
Tatkala Nabi Muhammad Saw mencapai usia 12 tahun, Beliau
dibawa berniaga oleh pamannya, Abu Thalib ke negeri Syam, dan ini merupakan
perjalanan beliau yang pertama. Para kafilah dagang ini berkumpul di dekat kota
Basrah dan di sana bertemu dengan seorang pendeta Yahudi bernama Buhaira dan
ada pula yang mengatakan pendeta Nasrani.
Pendeta ini memahami adanya keistimewaan pada diri Nabi
Muhammad Saw dan berkata kepada Abu Thalib: “Sesungguhnya anak saudara ini akan
mendapatkan kedudukan yang tinggi, maka jagalah dia baik-baik.” Kemudian
pulanglah Abu Thalib bersama Nabi Muhammad Saw ke Mekkah.
- Berperan Dalam Perang Fijar
Pada tahun kelima belas, beliau pernah ikut dalam peperangan
Fijar yang terjadi di suatu tempat antara Nahlah dan Thaif. Peperangan ini
sebenarnya akan dimenangkan oleh kelompok dimana beliau SAW berada di dalamnya,
namun akhirnya terjadi suatu perdamaian diantara dua kelompok yang berperang
itu.
- Perjalanan Kedua Nabi Muhammad Saw ke Syam
Ketika Nabi Muhammad Saw mencapai usia 25 tahun, Beliau pun
pergi ke Syam untuk kedua kalinya dengan membawa barang dagangan milik Khadijah
binti Khuwailid, seorang wanita ternama dan kaya yang dipercayakan kepada
Beliau.
Dalam perjalanan itu Nabi Muhammad Saw disertai seorang
sahaya Khadijah yang bernama Maisaroh. Dalam perjalanan itu beliau bertemu
dengan rahib bernama Nasthur, dan ia pun memahami adanya
keistimewaan-keistemewaan pada diri Nabi Muhammad Saw sebagaimana yang pernah
dilihat oleh Buhaira.
- Nabi Muhammad Saw Menikah Dengan Siti Khadijah
Setibanya di Mekkah dari perjalanan dagang ini, Beliau
menikah dengan Khadijah binti Khuwailid, yaitu dua bulan sesudah kedatangannya.
Setelah itu Nabi Muhammad Saw pindah ke rumah Khadijah untuk memulai lembaran
baru dari kehidupannya, umur Khadijah pada waktu itu 40 tahun.
Dari pernikahan itu lahir 3 orang putera yaitu Al Qasim,
Abdullah dan Thayyib, yang semuanya meninggal di waktu kecil, serta 4 orang
puteri yaitu Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum dan Fatimah.
Keempat puteri itu hidup sampai mereka besar. Yang tertua
dari mereka menikah dengan Abil Aash ibnu Rabi’ bin Abdus Syam. Ruqayyah
menikah dengan Utbah bin abi Lahab, sedang Ummu Kultsum menikah dengan Utaibah
bin Abi Lahab.
Ruqayyah dan Ummu Kultsum kemudian menikah lagi dengan Usman
bin Affan. Adapun yang termuda yaitu Fatimah Az Zahra menikah dengan Ali bin
Abi Thalib ra.
- Partisipasi Nabi Muhammad Saw Dalam Perbaikan Ka’bah
Ka’bah adalah bangunan pertama yang didirikan atas nama
Allah Swt untuk beribadah dan menauhidkan-Nya. Bangunan ini didirikan oleh Abul
Anbiya, Nabi Ibrahim As setelah berhasil menghancurkan berhala-berhala yang
disembah kaumnya sekaligus kuil tempat pemujaannya.
Setelah masa Nabi Ibrahim As, ka’bah beberapa kali dilanda
bencana yang melemahkan dinding dan fondasinya. Banjir besar menggoyahkan
bangunan Ka’bah beberapa tahun sebelum nubuwwah.
Nabi Muhammad Saw ikut aktif dalam perbaikan Ka’bah. Beliau
ikut memanggul batu di atas pundaknya dengan beralaskan sehelai kain. Menurut
pendapat yang sahih, peristiwa itu terjadi ketika Nabi Muhammad Saw menginjak
usia 35 tahun.
Nabi Muhammad Saw juga memainkan peranan penting dalam
memecahkan masalah pelik yang menyebabkan semua kabilah bertengkar sengit. Tak
kunjung ada keputusan siapa yang paling berhak untuk mendapatkan kehormatan
mengembalikan Hajar Aswad di tempat semula.
Nabi Muhammad Saw berhasil memecahkan masalah itu dengan
sangat brilian. Beliau memutuskan untuk meletakkan Hajar Aswad di atas surbannya
dan masing-masing kabilah memilih memilih seorang wakil yang memegang ujung
sorban dan mengangkatnya bersama-sama, hingga tiba di tempatnya lalu Nabi
Muhammad Saw mengambil Hajar Aswad dan menaruhnya di tempatnya, maka bereslah
persoalannya.
- Pengangkatan Muhammad Saw Sebagai Nabi dan Rasul
Pada tahun keempat puluh, Allah Swt memuliakan beliau SAW
dengan ditetapkannya sebagai Nabi dan Rasul dengan turunnya Malaikat Jibril
kepadanya, dimana sebelumnya beliau menyendiri beruzlah dan beribadah dengan memilih
tempat di Gua Hira disebelah atas Jabal Nur. Dan pertama kali yang beliau
rasakan dan diperlihatkan kepada beliau adalah adanya mimpi yang benar.
Turunnya Wahyu Pertama
Ketika Nabi Muhammad Saw menyendiri di Gua Hira, turunlah
wahyu pertama dibawa oleh Jibril yang merupakan wahyu dari Allah SWT, ialah
firman Allah yang berbunyi :
اقْرَأْ
بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ
– خَلَقَ
الْإِنسَانَ مِنْ عَلَقٍ – اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ – الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ
Yang artinya :
“Bacalah dengan (menyebut) nama
Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan
perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”
(Al-‘Alaq, 1-4)
Adalah Waraqah bin Nauval anak paman Khadijah binti
Khuwailid, seorang yang masyhur di Makkah karena keluasan ilmunya dalam hal
ihwal agama-agama samawi.
Tatkala Jibril turun membawa wahyu kepada Nabi Muhammad Saw,
Khadijah pergi menemuinya dan memberitahukan kepadanya tentang peristiwa
tersebut. Waraqah berkata: “Demi Tuhan yang nyawa Waraqah berada ditangan-Nya,
jika engakau percaya hai Khadijah, telah datang malaikat agung yang pernah
datang kepada Musa dan sesungguhnya ia (Nabi Muhammad Saw) adalah nabi dari
umat ini.”
- Dakwah Secara Rahasia
Dan diantara orang yang pertama kali beriman dari kalangan
laki-laki adalah Abu Bakar bin Kuhafah, dan dari kalangan wanita adalah istri
beliau, Khadijah dan dari kalangan anak-anak adalah Ali bin Abi Thalib, dimana
Ali belum pernah melakukan sujud sama sekali terhadap suatu patung, sehingga
dengan demikian kepada beliau diberi tambahan (sesudah menyebut namanya) dengan
sebutan Karramallahu Wajhah (Allah telah memuliakan pribadinya).
- Perintah Dakwah Secara Terang-terangan
Kemudian Allah SWT memerintahkan kepada beliau untuk
melakukan dakwah secara terang-terangan, dengan firmanNya,
فَاصْدَعْ
بِمَا تُؤْمَرُ وَأَعْرِضْ عَنِ الْمُشْرِكِينَ
Yang artinya :
“Maka sampaikanlah olehmu secara
terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari
orang-orang yang musyrik.” (Al-Hijr, 94)
Maka beliau respon dan sambut perintah Allah SWT ini dengan
baik, maka beliau melakukan dakwah kepada manusia untuk mengesakan Allah dan
meninggalkan perbuatan syirik dan kekufuran. Sebagian mereka ada yang beriman
dan sebagian ada yang kafir.
- Nabi Muhammad Saw Disakiti Oleh Kaumnya
Nabi Muhammad Saw pernah disakiti oleh kaumnya secara keji,
antara lain beliau dilempari dengan batu atau dengan kotoran di pintu rumahnya.
Namun beliau senantiasa bersikap sabar dan sabar, sehingga akhirnya yang hak
mengalahkan yang batil, karena sebenarnya yang batil itu akan kalah dan hancur.
- Hijrah Pertama ke Negeri Habasyah
Pada tahun ini, Nabi Muhammad Saw memerintahkan kepada para
sahabatnya untuk berhijrah ke negeri Habasyah (Ethiopia), setelah mengetahui
bahwa Kaum Quraisy selalu melakukan tindakan-tindakan yang menyakitkan kepada
mereka, padahal tidak ada kaum kerabat yang akan menolong dan
menghalang-halangi tindakan kaum Quraisy tersebut.
Maka sebagian sahabat berhijrah untuk menyelamatkan agama
mereka, dan ini adalah hijrah pertama dari Mekkah, dimana jumlah mereka yang
berhijrah adalah 80 orang sahabat. Mereka kembali lagi ke Mekkah dari Habasyah
setelah berdiam di sana selama tiga bulan.
- Hijrah Kedua ke Negeri Habasyah
Pada tahun ketujuh ini, Nabi bersama-sama pamannya, Abu
Thalib dan Bani Hasyim serta Bani Muthalib, baik yang muslim maupun yang masih
kafir, memasuki Syi’ib. Maka pada kesempatan ini kalangan Quraisy memboikot
dengan memutus jalur suplai makanan dan kegiatan berniaga di pasar kepada
mereka, kecuali apabila mereka menyerahkan Nabi Muhammad Saw kepada kalangan
Quraisy untuk dibunuh.
Kaum Quraisy menulis isi boikot di lembaran kulit yang
digantungkan di Kabah. Maka Nabi Muhammad Saw memerintahkan kepada para
sahabatnya untuk melakukan hijrah ke Habasyah, yakni hijrah untuk kedua
kalinya.
- Penghentian Boikot
Nabi Muhammad Saw dan kaumnya terkurung di dalam Syi’ib
selama 3 tahun tidak menerima makanan kecuali secara sembunyi-sembunyi,
sehingga mereka makan dedaunan. Kemudian orang-orang Quraisy menghentikan pemboikotan, sedang lembaran
kulit yang berisi pengumuman biokot itu telah dimakan rayap.
Maka keluarlah Nabi Muhammad Saw dari tempat yang terkurung
itu, perisitiwa itu terjadi pada 10 tahun kenabian.
- Tahun Kesedihan (‘Amul Huzni)
Pada tahun kesepuluh, Khadijah istri Nabi Muhammad Saw wafat
dan dua bulan kemudian wafat pula paman Nabi Muhammad Saw, Abu Thalib, pada
usia delapan puluh tujuh tahun.
Setelah wafat Abu Thalib ini, tindakan menyakiti Nabi
Muhammad Saw dari kalangan Quraisy semakin bertambah keras, karena mereka
beranggapan bahwa apa yang telah mereka usahakan dan capai dari Rasulullah SAW
tidak seperti apa yang telah mereka peroleh ketika Abu Thalib masih hidup.
- Hijrah ke Thaif
Pada tahun kesepuluh ini, Rasulullah melakukan hijrah ke
Thaif, dan beliau berdiam di sana selama satu bulan, melakukan dakwah kepada
penduduk Thaif. Namun dakwah beliau di sana tidak mendapat respon dari mereka,
bahkan justru menolaknya dengan suatu penolakan dan tindakan yang buruk. Mereka
melakukan pelemparan batu kepada beliau, sehingga mengenai kepala beliau dan
menyebabkan luka-luka di kepalanya. Setelah dakwah di sana gagal, beliau
kembali lagi ke Mekkah.
- Isra dan Mi’raj
Pada tahun kesebelas ini, terjadinya peristiwa Isra dan
Mi’raj. Isra adalah perjalanan Rasulullah Saw di waktu malam hari dari Masjidil
Haram di Mekkah ke Masjdiil Aqsha di Baitul Maqdis di Palestina, dan beliau
pulang kembali pada malam itu juga ke Mekkah. Al-Qur’an telah menjelaskan
peristiwa ini dengan firman Allah Swt :
سُبْحَانَ
الَّذِي أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ
الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى
الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا ۚ
إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
Yang artinya :
”Maha Suci Allah yang telah
memperjalankan hambaNya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha
yang telah Kami berkahi sekelilingnya, agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian
dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar dan
Maha Melihat.” (Al-Isra, 1)
Sedangkan Mi’raj adalah naiknya beliau pada malam itu juga
ke alam tinggi dan di sana diwajibkannya ibadah shalat yang lima waktu.
- Tersebarnya Islam di Madinah
Dan Rasulullah SAW melakukan kegiatan keluar ke kabilah-kabilah
Arab untuk melakukan dakwah memperkenalkan ajaran islam kepada mereka. Sebagian
mereka ada yang beriman dan sebagian ada yang tetap kafir.
Diantara mereka yang beriman, ada enam orang dari penduduk
Madinah, yang antara lain karena telah tersebarnya Islam di sana.
Pada tahun 12 kenabian, dua belas orang laki-laki dari
Madinah menemui Rasulullah SAW. Diantaranya sepuluh orang dari suku Aus dan dua
orang dari suku Khazraj dan kemudian mereka semua beriman. Dan dari yang dua
belas orang ini, lima orang diantaranya adalah dari kelompok mereka yang enam
orang yang telah beriman sebelumnya.
Mereka keseluruhan melakukan baiat dihadapan Nabi untuk
tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun, tidak melakukan pencurian dan
tidak akan melakukan perbuatan zina, kemudian mereka kembali ke Madinah. Mereka
di sana dengan pertolongan Allah mendakwahkan Islam kepada penduduk Madinah.
Pada tahun 13 kenabian, datang kepada Rasulullah SAW tujuh
puluh orang laki-laki dan dua perempuan dari penduduk Arab Madinah, dan mereka
masuk Islam semuanya serta melakukan baiat dihadapan Nabi sebagai baiat yang
kedua.
Kemudian mereka pulang kembali ke Madinah, dan dengan
perantaraan mereka maka tersebarlah Islam diantara penduduk Madinah secara
luas.
- Hijrah ke Madinah
Dan ketika tindakan menyakiti Nabi dan para sahabat serta
kaum muslimin bertambah keras dari kalangan Quraisy, maka Nabi memerintahkan
kaum muslimin untuk melakukan hijrah ke Madinah dan selanjutnya beliau pun
bersama-sama dengan Abu Bakar juga melakukan hijrah dengan berjalan kaki
cepat-cepat hingga beliau berdua sampai ke Gua Tsur.
- Nabi Muhammad Saw di Gua Tsur
Di dalam Gua Tsur ini, turun wahyu dari Allah SWT berupa
ayat,
إِذْ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ لَا
تَحْزَنْ إِنَّ اللَّـهَ مَعَنَا
Yang artinya,
”… di waktu dia berkata kepada
temannya, ‘Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita’.”
(At-Taubah, 40)
Diriwayatkan bahwa ketika Rasulullah SAW akan tidur di dalam
Gua itu, Abu Bakar meletakan kepala beliau di atas dua lututnya dan sewaktu
beliau sedang tidur, Abu Bakar melihat suatu lubang di dinding gua itu, maka ia
meletakkan mata kakinya untuk menutupi lubang tersebut, khawatir di dalam
lubang itu ada sesuatu yang menyakiti Nabi.
Maka pada saat itu mata kaki Abu Bakar disengat oleh
kalajengking yang ada di dalam lubang itu, tetapi Abu Bakar meskipun merasa
kesakitan oleh sengatan itu, tidak menggerakkan kakinya, dan ketika rasa
sakitnya memuncak, air mata Abu Bakar berjatuhan mengenai pipi Rasulullah SAW.
Maka beliau terbangun dan menanyakan kepada Abu Bakar kenapa
ia menangis? Ia menjawab bahwa ia disengat kalajengking di kakinya, maka beliau
mengusap dengan tangan beliau di tempat yang sakit itu, dan seketika rasa sakit
itu hilang dengan pertolongan Allah SWT.
- Masjid Pertama Quba
Setelah tiga malam beliau dan Abu Bakar berdiam di Gua Tsur,
seorang petunjuk jalan datang menemui beliau berdua dengan membawa dua ekor
unta tunggangan. Maka kemudian mereka bertiga pergi berjalan menuju kota
Madinah.
Mereka tiba di kota Quba pada hari Senin tanggal dua belas
Rabi’ul Awwal. Itulah tanggal hijrahnya Rasulullah SAW ke Madinah, yang kelak
dijadikan awal penanggalan Islam yang dimulai dari bulan Muharram, yaitu awal
Tahun Hijriyah yang disandarkan kepada hijrah beliau ke Madinah.
Di kota Quba ini, Rasulullah SAW mendirikan sebuah masjid
yang oleh Allah SWT diberikan sifat sebagai masjid yang dibangun atas dasar
taqwa (kepada Allah) dari semenjak pertama hari dibangunnya. Di dalamnya
terdapat orang-orang yang cinta untuk bersuci, dan Rasulullah SAW melakukan
shalat di dalam masjid ini bersama-sama empat puluh orang sahabatnya.
- Keluar Menuju Kota Madinah
Setelah melakukan shalat Jum’at pertama yang Rasulullah SAW
lakukan di desa Bani Salim bin ‘Auf, beliau kemudian menaiki untanya menuju
kota Madinah. Di sana para kaum Anshar menyambut beliau dengan suka cita penuh
kegembiraan, setaya mengelilingi beliau, sementara para wanita dan anak-anak
keluar dari rumah mereka ingin menemui beliau seraya mendendangkan nasyid :
Thala’al badru ‘alaina, min tsaniyatil wada’i
Wajabasy syukru’alaina, ma da’a lillahi da’i
Ayyuhal mab’utsu fina, ji ta bil amri mutha’i
Yang artinya,
“Di atas kita telah muncul bulan
purnama. Muncul dari Tsaniyah al-Wada. Kita wajib bersyukur kepadaNya, Seorang
Da’I menyeru kita ke jalanNya. Wahai orang yang diutus kepada kami, Kau datang
membawa perintah yang harus ditaati.”
- Tahun Pertama Hijriah
Di kota Madinah Nabi Muhammad SAW, mendirikan masjidnya yang
mulia. Beliau secara pribadi ikut serta membangun masjid tersebut, sebagai
bentuk dorongan kepada kaum muslimin untuk cinta bekerja dan beramal.
Di tahun ini telah pula disyari’atkan adzan, sebagai suatu
cara dan saran untuk memanggil kaum muslimin untuk berkumpul, di kala telah
masuk waktu shalat.
- Disyariatkannya Berperang
Sebagaimana kita ketahui, bahwa Nabi SAW tidak pernah
memaksa seseorang untuk memeluk agama Islam, juga beliau tidak memiliki sebuah
pedang untuk menebas leher-leher orang. Tugas yang diemban beliau adalah
semata-mata untuk berdakwah mengajak orang untuk beriman, sekaligus
menyampaikan kabar gembira dengan datangnya Islam.
Namun karena kaum kafir Quraisy terus menerus menyakiti
orang-orang islam, disebabkan hasad dan dengki, maka kepada kaum muslimin
diijinkan untuk berperang mempertahankan diri atas tindakan mereka.
- Tahun Kedua Hijriah
Di tahun ini terjadi perang Waddan, yaitu suatu desa yang
terletak diantara kota Mekkah dan kota Madinah, juga perang Buwath, yaitu suatu
pegunungan dari pegunungan Juhainah, dan perang Al-‘Asyirah yaitu suatu tempat
antara Yanbu’ dan Dzil Marwah, yang kesemua itu semata-mata untuk menghambat
perjalanan kaum Quraisy, bukan untuk membinasakannya.
- Perubahan Arah Kiblat dan Puasa Ramadhan
Pada tahun kedua hijrah ini, arah kiblat dirubah, yang
semula menghadap ke arah Baitul Maqdis di Palestina, kini ke arah Ka’bah yang
ada di Mekkah. Juga pada tahun ini, diwajibkannya puasa Ramadhan, dimana
Rasulullah SAW sebelumnya berpuasa sebanyak tiga hari setiap bulannya.
- Kewajiban Zakat Mal (Harta)
Pada tahun kedua hijriah ini, juga ditetapkannya kewajiban
untuk mengeluarkan zakat bagi orang-orang kaya dari umat Islam, yang diberikan
kepada orang-orang fakir dan miskin dan golongan-golongan lainnya, sebagaimana
dijelaskan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an,
إِنَّمَا
الصَّدَقَاتُ لِلْفُقَرَاءِ وَالْمَسَاكِينِ وَالْعَامِلِينَ عَلَيْهَا وَالْمُؤَلَّفَةِ قُلُوبُهُمْ وَفِي الرِّقَابِ وَالْغَارِمِينَ
وَفِي سَبِيلِ اللَّـهِ وَابْنِ
السَّبِيلِ ۖ فَرِيضَةً مِّنَ
اللَّـهِ ۗ وَاللَّـهُ عَلِيمٌ
حَكِيمٌ
Yang artinya,
”Sesungguhnya zakat-zakat itu,
hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat,
para muallaf yang dibujuk hatinya untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang
berhutang, untuk jalan Allah, dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan,
sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan oleh Allah dan Allah Maha Mengetahui
lagi Maha Bijaksana.” (At-Taubah, 60)
- Perang Badar Kubra
Pada tahun kedua hijriah juga terjadi Perang Badar Kubra,
yaitu ketika Nabi Muhammad Saw keluar kota Madinah dengan membawa pasukan
sebanyak 313 personil. Ketika kaum kafir Quraisy mengetahui hal tersebut, maka
mereka mengumpulkan pasukannya yang berjumlah 1000 personil.
Dan kedua pasukan ini, bertemu di Badar, maka terjadilah
pertempuran antara keduanya, dan Allah SWT dalam pertempuran ini menolong
pasukan Islam dengan mendatangkan para malaikat yang ikut bertempur bersama
mereka.
Dalam jarak waktu yang tidak lebih dari satu jam, pasukan
Quraisy dapat dikalahkan, mereka lari dengan meinggalkan korban mati dari pihak
mereka sebanyak 70 orang dan tertawan sebanyak 70 orang juga. Firman Allah SWT,
وَلَقَدْ
نَصَرَكُمُ اللَّـهُ بِبَدْرٍ وَأَنتُمْ أَذِلَّةٌ ۖفَاتَّقُوا اللَّـهَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Yang artinya :
”Sungguh Allah telah menolong kamu
dalam peperangan Badar, padahal kamu adalah (ketika itu) orang-orang yang
lemah.” (Ali Imran, 123)
- Tebusan Tawanan Dengan Mengajar
Tawanan-tawanan Quraisy pada waktu itu terbagi menjadi 2
bagian. Satu bagian terdiri dari orang-orang kaya dan satu bagian terdiri dari
orang-orang miskin.
Adapun orang-orang kaya, mereka itu ditebus oleh keluarga
mereka dengan harta sedangkan orang-orang miskin tebusannya ialah tiap-tiap
orang harus mengajar membaca dan menulis kepada sepuluh orang anak di Madinah.
- Sholat ‘Id Pertama
Pada tahun kedua hijriah pula disyari’atkannya Shalat Hari
Raya, yang hikmahnya tak diragukan lagi banyaknya, bagi orang yang berakal.
Seorang Imam memimpin dan melaksanakan Shalat Hari Raya ini sebanyak dua raka’at
bersama-sama kaum muslimin.
Kemudian menyampaikan khutbah sesudahnya, memberikan
pengajaran dan nasehat kepada mereka. Selanjutnya kaum muslimin bersalaman satu
sama lain penuh keakraban dan persaudaraan paripurna.
- Ali Menikah Dengan Fatimah
Pada tahun kedua hijrah ini, Ali menikah dengan Fatimah,
semoga Allah SWT meridhoi keduanya. Saat itu Ali berusia 21 tahun, sementara
Fatimah berusia 15 tahun. Juga di tahun itu Rasulullah SAW menikahi Aisyah
binti Abu Bakar Shiddiq, semoga Allah meridhoi keduanya dan menjadikan surga
tempat tinggalnya.
- Perang Ghathafan
Perang Ghathafan terjadi pada tahun 3 hijriah. Peperangan
ini sebenarnya tidak begitu penting, akan tetapi dalam perang ini terjadi suatu
peristiwa besar. Pada waktu itu keluar 450 orang dari Bani Tsa’labah dan
Muharib di bawah pimpinan Du’tsur bin Harits Al Muharibi yang ingin menyerbu
Madinah. Maka keluarlah Nabi Muhammad Saw dengan pasukannya dan larilah musuh
ke gunung-gunung.
Tatkala Nabi Muhammad Saw sedang berisirahat dan menjemur
bajunya yang basah sambil duduk di bawah pohon, tiba-tiba muncul Du’tsur secara
diam-diam hendak membunuh Beliau seraya berkata:
“Siapakah yang akan melindungimu,
hai Muhammad?”
Beliau menjawab: “Allah Ta’ala.”
Maka orang itu pun merasa takut dan pedangnya terjatuh dari
tangannya, lalu Nabi Muhammad Saw mengambilnya seraya berkata: “Siapakah yang
dapat melindungimu dariku?”
Du’tsur menajawab: “Tidak ada.”
Maka Nabi Muhammad Saw memaafkannya dan ia pun masuk Islam
serta mengajak kaumnya memeluk agama Islam.
- Perang Uhud
Pada tahun 3 hijriah terjadi peperangan Uhud, 3000 personil
pasukan Quraisy yang terdiri dari pasukan berkuda dan perbekalan perang yang
cukup banyak, berangkat menuju kota Madinah untuk melaksanakan balas dendam
atas terbunuhnya para bangsawan mereka di peperangan Badar.
Dan ini merupakan hari-hari yang cukup menyedihkan bagi kaum
muslimin karena pada perang ini telah mati syahid Hamzah, paman Rasulullah SAW.
Jumlah pasukan Islam yang terbunuh secara syahid sebanyak 70 lebih personil
diantaranya 6 orang dari kaum Muhajirin dan selebihnya dari kaum Anshar.
Sementara dari pihak kaum Musyrikin yang tewas ada sebanyak 23 orang.
Pada tahun ini dilahirkannya Hasan bin Ali r.a dan Usman bin
Affan menikah dengan Ummi Kulsum putrid Rasulullah SAW, setelah wafatnya
Ruqoyah, saudara Ummi Kulsum. Oleh karena itulah Usman bin Affan dijuluki Dzun
Nurain (yang mempunyai dua cahaya). Pada tahun ini juga Rasulullah SAW menikahi
Hafsah binti Umar bin Khattab r.a.
Pada tahun ini Allah SWT mengharamkan khamar secara mutlak,
karena bahayanya yang demikian besar terhadap akal, harta benda dan fisik
manusia. Allah SWT berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّمَا الْخَمْرُ
وَالْمَيْسِرُ وَالْأَنصَابُ وَالْأَزْلَامُ رِجْسٌ مِّنْ عَمَلِ
الشَّيْطَانِ فَاجْتَنِبُوهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Yang artinya,
”Hai orang-orang yang beriman,
sesungguhnya (meminum) khammar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi
nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaithan. Maka jauhilah
pebuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.” (Al-Maidah, 90)
- Tahun Keempat Hijriah
Pada tahun ini Rasulullah SAW memerintahkan kaum Yahudi
untuk pergi meninggalkan kota Madinah. Sebelumnya diantara mereka dengan
Rasulullah SAW telah diadakan suatu perjanjian, dimana diantara kedua belah
pihak harus saling memelihara dan menjaga keamanan masing-masing dan tidak
saling mengkhianati terhadap perjanjian itu. Namun pihak Yahudi berkhianat
terhadap Rasul dan berusaha membunuh beliau, karena terbujuk oleh rayuan
syaithan.
Oleh karena itulah mereka diperintahkan untuk keluar atau
diusir oleh Rasulullah SAW dari Madinah. Namun mereka enggan mematuhi perintah
beliau, dan mereka tetap tidak mau pergi. Maka kaum muslimin mengepung mereka
dan melakukan pemboikotan terhadap mereka serta memaksa mereka untuk pergi
meninggalkan Madinah, dan akhirnya mereka pergi.
Pada tahun ini disyariatkannya shalat Khauf, shalat karena
takut dan diturunkannya wahyu tentang tayammum. Juga di tahun ini, Rasulullah
SAW memerintahkan Zaid bin Tsabit untuk mempelajari tulisan orang Yahudi agar
Zaid bias menuliskan untuk Nabi surat kepada orang Yahudi, dan membacakan
kepada beliau surat-surat yang datang dari mereka. Pada tahun ini pula, Husein
bin Ali r.a dilahirkan.
- Perang Khandaq atau Ahzab (Persekutuan Musuh)
Pada tahun 5 hijriah terjadi perangKhandaq, dimana orang
Musyrik dan orang-orang Yahudi bergabung untuk memerangi kaum Muslimin. Jumlah
mereka sebanyak 10.000 orang yang dipimpin oleh Abu Sufyan, dan mereka
mengepung kota Madinah serta mengadakan penekanan-penekanan ketat kepada kaum
Muslimin, dan mempersempit ruang gerak mereka.
Rasulullah SAW beserta segenap kaum Muslimin, tidak keluar
sama sekali dari kota Madinah, tetapi atas saran Salman Al-Farisi beliau
memerintahkan kaum Muslimin untuk menggali parit, sebagai bentuk strategi untuk
menghindari serbuan mereka.
Selama dalam pengepungan terhadap kaum Muslimin itu, Nabi
berdoa kepada Allah SWT untuk kehancuran musuh, beliau mengucapkan doa, yang
artinya,
”Ya Allah Tuhan yang menurunkan
Kitab, Tuhan yang cepat perhitunganNya, hancurkanlah kaum sekutu (musyrik dan
yahudi). Ya Allah hancurkanlah mereka sehancur-hancurnya, dan porak-porandakan
mereka.”
Doa Nabi Muhammad Saw didengan Allah SWT, Tuhan mengirim
angin putting beliung yang memporak-porandakan pasukan sekutu, dan mereka lari
pontang panting meninggalkan kota Madinah pada malam itu juga.
- Perintah Memakai Hijab
Pada tahun 5 hijriah juga diberlakukannya ketentuan memakai
hijab terhadap para istri Nabi SAW dengan diturunkannya ayat hijab. Allah SWT
berfirman,
وَإِذَا
سَأَلْتُمُوهُنَّ مَتَاعًا فَاسْأَلُوهُنَّ مِن وَرَاءِ حِجَابٍ
ۚ ذَٰلِكُمْ أَطْهَرُ
لِقُلُوبِكُمْ وَقُلُوبِهِنَّ
Yang artinya,
”Dan apabila kamu meminta sesuatu
kepada mereka (istri-istri Nabi), maka mintalah dari belakang tabir. Cara yang
demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka.” (Al Ahzab, 53)
Dan Nabi SAW telah bersabda yang artinya, “Seseorang
laki-laki tidak dibenarkan duduk-duduk berdua dengan seseorang perempuan di
tempat yang sunyi kecuali bersama muhrimnya.”
- Diwajibkannya Ibadah Haji
Pada tahun kelima hijriah ini, ibadah haji diwajibkan bagi
mereka yang mampu mengadakan perjalanan ke Mekkah. Allah SWT berfirman,
وَلِلَّـهِ
عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ
اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا
Yang artinya,
”…mengerjakan haji adalah kewajiban
manusia terhadap Allah SWT, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan
perjalanan ke Baitullah.” (Ali Imran, 97)
Hikmah diwajibkannya ibadah haji cukup banyak, diantaranya
yang terpenting dan paling esensi adalah berkumpulnya kaum Muslimin yang sedang
melaksanakan ibadah haji ini. Dengan perbedaan kulit, etnis dan bahasa, dan
Negara, berkumpul di satu tempat dalam rangka memperbaharui janji ikatan
ukhuwah islamiyyah dan tekad kesetian untuk menegakkan kalimah Allah di muka
bumi.
- Perjanjian Damai Hudaibiyah
Pada tahun 6 hijriah telah terjadi Shulhul Hudaibiyah
(perjanjian damai hudaibiyah). Rasulullah SAW bersama-sama kaum Muslimin sebanyak
1400 orang pergi meninggalkan kota Madinah menuju Mekkah untuk melaksanakan
ibadah Umroh. Mereka tidak membawa senjata, hanya perlengkapan untuk bepergian
sebagai musafir.
Ketika sampai di Hudaibiyah, rombongan Rasulullah SAW
dicegat oleh orang-orang kafir Quraisy dan mereka dihalang-halangi untuk
melanjutkan perjalanan ke Baitullah Haram. Setelah diadakan perundingan
diantara kedua belah pihak, dicapai kesepakatan damai meliputi lima hal, yaitu
:
Disepakati adanya gencatan senjata (penghentian perang)
antara kedua belah pihak selama sepuluh tahun.
Saling memelihara keamanan masing-masing antara kedua belah
pihak.
Kaum Muslimin agar kembali pulang ke Madinah, tidak
meneruskan perjalanan untuk Umrah pada tahun ini.
Rasulullah SAW harus mengembalikan ke pihak kaum Musyrikin
Quraisy bila ada dari mereka yang datang ke Madinah, meskipun telah masuk
Islam. Tidak ada kewajiban bagi kaum Musyrikin Quraisy untuk mengembalikan
kepada Rasulullah SAW orang yang dating ke pihak mereka dari Madinah.
Barangsiapa yang ingin masuk ke kelompok Muhammad, boleh
masuk ke kelompoknya. Dan barangsiapa yang ingin masuk ke kelompok Quraisy,
juga dipersilahkan masuk ke kelompoknya.
- Bai’atur Ridwan
Setelah Teks Perjanjian Damai Hudaibiyah selesai ditulis,
Nabi Muhammad Saw menunjuk Usman bin Affan untuk mengirimkan Teks Perjanjian
dimaksud ke pihak kaum Musyrikin dengan ditemani oleh beberapa orang sahabat.
Sesampainya Usman ke sana, mereka menangkapnya. Berita penangkapan Usman ini
sampai ke kalangan kaum Muslimin. Bahkan telah tersebar desas desus bahwa Usman
dan kawan-kawan telah dibunuh oleh pihak kaum Musyirikin.
Maka Nabi Muhammad Saw setelah mendenga rumor bahwa Usman
telah dibunuh, Beliau seketika memerintahkan seluruh kaum Muslimin untuk
berkumpul, untuk melakukan bai’at di bawah suatu pohon, bahwa mereka siap mati
untuk menyelamatkan Usman.
Setelah berita bai’at ini didengar oleh kalangan kaum
Musyrikin, mereka merasa takut dan gentar. Akhirnya mereka membebaskan Usman
dan kawan-kawannya. Allah Swt berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ
يُبَايِعُونَكَ إِنَّمَا يُبَايِعُونَ اللَّهَ يَدُ اللَّهِ فَوْقَ أَيْدِيهِمْ ۚ فَمَنْ
نَكَثَ فَإِنَّمَا يَنْكُثُ عَلَىٰ نَفْسِهِ ۖ وَمَنْ أَوْفَىٰ بِمَا عَاهَدَ عَلَيْهُ
اللَّهَ فَسَيُؤْتِيهِ أَجْرًا عَظِيمًا
Yang terjemahannya sebagai berikut :
“Bahwasanya orang-orang yang
berjanji setia kepada kamu, sesungguhnya mereka berjanji setia kepada Allah.
Tangan Allah di atas tangan mereka.” (Al-Fath,10).
Dan Allah swt berfirman pula:
لَقَدْ رَضِيَ
اللَّهُ عَنِ الْمُؤْمِنِينَ إِذْ يُبَايِعُونَكَ تَحْتَ الشَّجَرَةِ فَعَلِمَ مَا
فِي قُلُوبِهِمْ فَأَنْزَلَ السَّكِينَةَ عَلَيْهِمْ وَأَثَابَهُمْ فَتْحًا قَرِيبًا
Yang terjemahannya sebagai berikut :
“Sesungguhnya Allah telah ridha
terhadap orang-orang mu’min ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah
pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka, lalu menurunkan
ketenangan atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang
dekat (waktunya).” (Al-Fath, 18).
- Pengiriman Surat Kepada Raja-raja
Nabi Muhammad Saw pada tahun 6 hijriah ini berkirim surat
kepada beberapa orang Raja, mengajak mereka untuk memeluk Islam. Surat-surat
itu diberi stempel dengan sebuah cincin yang terbuat dari perak yang tertulis
padanya kata-kata: Muhammad Rasulullah.
Sebagian mereka ada yang menyambut ajakan ini dan masuk
Islam, dari sebagian lagi ada yang tetap dalam kekafirannya. Dan diantara
mereka yang beriman, adalah Najasyi Raja Habasyah, Mundzir bin Sawa Raja
Bahrain dan Jaifar dan ‘Abd dan dua orang Raja ‘Amman.
- Perang Khaibar
Pada tahun 7 hijriah terjadi Perang Khaibar. Pihak yang
menyerang pada kali ini adalah mereka yang pernah menyerang sebelumnya ke kota
Madinah pada perang Khandak. Maka Rasulullah Saw dengan 1600 prajuritnya
menyongsong mereka serta kemudian mengepungnya selama enam hari. Dan pada malam
ketujuh, Rasulullah Saw menyerahkan bendera perang kepada Ali bin Abi Thalib
(semoga Allah memuliakannya) untuk memimpin perang.
Pada saat itu, Ali mengeluh sedang menderita sakit mata,
maka ketika Rasulullah Saw mengetahui itu, kedua mata Ali diusap oleh tangan
beliau sambal berdoa untuk kesembuhan kedua matanya. Maka dengan atas izin
Allah Swt, kedua mata Ali seketika sembuh.
Pada perang Khaibar ini, Allah Swt memberikan kemenangan
kepada pihak kaum Muslimin dibawah komando Ali, dengan membawa rampasan perang
yang cukup besar.
- ‘Umatul-Qadha (‘Umrah Pengganti)
Pada tahun 7 hijriah juga dilakukan Umatul-Qadha. Nabi
Muhammad Saw memerintahkan kepada para sahabatnya di bulan Dzulqa’dah untuk
mengerjakan umrah sebagai pengganti umrah yang belum sempat dilaksanakan karena
mereka dihalang-halangi oleh kaum Musyrikin pada hari dilakukannya Perjanjian
Damai di Hudaibiyah.
Mereka berangkat menuju kota Mekkah untuk melaksanakan umrah
dengan jumlah yang cukup besar. Ketika mengetahui hal ini, kaum Musyrikin
keluar dari kota Mekkah, menyingkir ke puncak-puncak gunung, menghindar untuk
melihat orang-orang mukmin melakukan tawaf di Baitil Haram. Setelah selesai
melaksanakan umrah, kaum muslimin kembali ke Madinah, setelah mereka berdiam di
Mekkah selama tiga hari.
- Perang Mu’tah
Pada tahun 8 hijriah terjadi Perang Mu’tah yang terkenal
itu. Ketika itu Nabi Muhammad Saw mempersiapkan prajuritnya sebanyak 3000 orang
dan menugaskan Zaid bin Haritsah untuk menjadi pimpinannya. Sementara pihak
Romawi telah mengerahkan pasukannya sebanyak 150000 prajurit.
Kedua pasukan bertemu di Mu’tah dan terjadilah pertempuran
diantara keduanya. Kalau tidak karena tipu daya Khalid bin Walid serta
strateginya yang jitu, kaum Muslimin di awal-awal pertempuran hampir mengalami
kekalahan, tetapi berkat strategi Khalid tersebut akhirnya pasukan kaum
Muslimin mendapatkan kemenangan.
- Fathu Mekkah (Penaklukan Kota Mekkah)
Kaum Musyrikin Quraisy ternyata merobek-robek Perjanjian
Damai yang pernah disepakati di Hudaibiyah dan mengkhianati butir-butir yang
tercantum di dalamnya. Menghadapi kenyataan ini maka Nabi Muhammad Saw
mempersiapkan dan mengerahkan prajurit Muslimin untuk diberangkatkan ke Mekkah.
Nabi Muhammad Saw beserta sebagian prajurit berangkat
melalui jalan sebelah bawah, sementara Khalid bin Walid mengepalai sebagian
prajuritnya berangkat melalui jalan sebelah atas. Ketika Rasulullah Saw sampai
di kota Mekkah, Beliau mendapati bahwa di sekeliling Ka’bah terdapat tiga ratus
enam puluh patung yang tergantung padanya, maka dengan kayu di tangan, Beliau
hancurkan patung-patung itu seraya mengatakan:
وَقُلْ جَاءَ الْحَقُّ
وَزَهَقَ الْبَاطِلُ ۚ إِنَّ الْبَاطِلَ كَانَ زَهُوقًا
Yang terjemahannya sebagai berikut:
“Yang benar telah dating dan yang
bathil telah lenyap.” (Al-Isra’, 81)
Firman-Nya lagi:
قُلْ جَاءَ الْحَقُّ
وَمَا يُبْدِئُ الْبَاطِلُ وَمَا يُعِيدُ
Yang terjemahannya sebagai berikut:
“Kebenaran telah datang dan yang
bathil itu tidak akan memulai dan tidak (pula) akan memulai.” (Saba, 49).
Kemudian Nabi Muhammad Saw menyampaikan pidato sambal
berdiri di tengah-tengah Masjidil Haram: Sesungguhnya Allah Swt telah
memuliakan Mekkah pada hari diciptakannya langit dan bumi, dan ia berkedudukan
mulia dengan kemuliaan Allah Swt sampai hari kiamat. Maka tidak halal bagi
seseorang yang beriman kepada Allah Swt dan hari akhir untuk melakukan
pertumpahan darah atau menebang atau mencabut sesuatu pohon di kota Mekkah.
Bila ada seseorang yang menganggap ringan untuk memerangi
Rasulullah Saw di kota Mekkah, maka katakanlah oleh kamu: Bahwasanya Allah Swt
telah memberikan ijin kepada Rasul-Nya dan tidak memberikan ijin kepadamu, dan
bahwasanya telah dihalalkan dan dibolehkan bagiku pada saat diwaktu siang dan
kini kemuliaan kota Mekkah pada hari ini telah kembali, sebagaimana
kemuliaannya di hari kemarin. Maka hendaknya yang hadir diantara kalian pada
saat ini, untuk menyampaikan berita ini kepada yang tidak hadir.
- Peristiwa Perang Hunain
Allah Swt berfirman:
لَقَدْ
نَصَرَكُمُ اللَّهُ فِي مَوَاطِنَ
كَثِيرَةٍ ۙ وَيَوْمَ حُنَيْنٍ
ۙ إِذْ أَعْجَبَتْكُمْ
كَثْرَتُكُمْ فَلَمْ تُغْنِ عَنْكُمْ
شَيْئًا وَضَاقَتْ عَلَيْكُمُ الْأَرْضُ بِمَا رَحُبَتْ ثُمَّ
وَلَّيْتُمْ مُدْبِرِينَ
Yang terjemahannya sebagai berikut:
“Sesungguhnya Allah Swt telah
menolong kami (hai para mukminin) di medan peperangan yang banyak dan
(ingatlah) peperangan Hunain, yang diwaktu kamu menjadi congkak karena
banyaknya jumlahmu, maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu
sedikitpun, dan bumi yang luas itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu
lari ke belakang dengan bercerai-berai.” (At-taubah, 25).
Nabi Muhammad Saw saat itu keluar dari kota Madinah dengan
10000 orang prajurit. Kaum Mukminin melihat jumlah yang demikian besar itu
merasa congkak. Kemudian ketika pasukan Muslim bertemu dengan pasukan musuh,
yang saat itu mereka tersembunyi dari penglihatan pasukan Muslim dengan
batu-batu besar. Betapa terkejutnya pasukan Muslim ketika melihat kenyataan
ini, dan mereka dapat dikalahkan oleh pasukan musuh, dan lari bercerai-berai.
Tidak ada yang bertahan bersama Rasulullah Saw kecuali sekolompok sahabat yang
tetap bertahan bersama beliau, diantaranya Abu bakar, Umar, Ali, abbas dan Abu
sufyan bin Haris anak paman Rasulullah Saw.
- Nabi Muhammad Saw Kembali ke Madinah
Nabi Muhammad Saw dan para sahabatnya kembali ke Madinah
setelah sebelumnya berdiam di Ji’ranah selama tiga belas malam. Dari Ji’ranah
ini beliau berihram untuk melaksanakan umrah, kemudian memasuki kota Mekkah di
waktu malam hari, maka beliau bertawaf dan bersa’i memberi isyarat dengan
tangan beliau ke arah Hajar Aswad. Rasulullah Saw telah meninggalkan kota
Madinah selama dua bulan enam belas hari.
- Ekspedisi Tabuk
Pada tahun 9 hijriah terjadi Perang Tabuk yang dinamakan
Perang ‘Usrah yakni perang di masa susah dan sulit, karena peperangan ini
terjadi ketika kaum muslimin sedang
mengalami kesulitan hidup, karena paceklik dan udara pun sangat panas.
Ketika itu Nabi Muhammad Saw mengumpulkan sejumlah pasukan
dari Mekkah dan Madinah serta dari beberapa kabilah Arab, setelah mendengar
berita bahwa orang-orang kafir mengerahkan pasukannya di daerah Syam untuk
melakukan penyerangan terhadap kaum muslimin di negeri mereka, yakni Madinah.
Maka datanglah Abu Bakar memberikan sumbangan dengan seluruh
harta kekayaannya, Umar bin Khattab dengan separuh kekayaannya, Usman bin Affan
dengan sepuluh ribu dinar, sementara para ibu-ibu muslimat menyumbangkan
perhiasan-perhiasan mereka sekedar kemampuan mereka.
Kemudian Nabi Muhammad Saw beserta prajurit tentaranya yang
berjumlah 30000 personil berangkat menuju Tabuk. Namun sesampai di sana Beliau
beserta prajuritnya sama sekali tak melihat pasukan musuh sebagaimana yang
Beliau dengar itu. Maka akhirnya Rasulullah Saw memutuskan untuk kembali ke
Madinah, setelah berdiam di Tabuk selama dua puluh malam dan dalam perjalanan
pulang kembali itu, sempat membangun beberapa masjid.
- Beberapa Peristiwa di Tahun 9 Hijriah
Pada tahun 9 hijriah telah datang kepada Nabi Muhammad Saw,
utusan dari Tsaqif dan mereka semuanya memeluk Islam dan melakukan dakwah
terhadap kaumnya yakni penduduk Thaif, maka mereka merespon ajakan tersebut
dengan memeluk Islam.
Di tahun ini telah wafat Ummu Kultsum putri Rasulullah Saw,
isteri Usman bin Affan Ra. Juga telah wafat Abdullah bin Abi Salul, pemimpin
orang-orang munafik, dimana dengan meninggalnya ini kaum Muslimin merasa lega
karena bebas dari kejahatan-kejahatannya.
- Abu Bakar Melaksanakan Haji
Pada bulan Dzulqa’dah tahun 9 hijriah, Nabi Muhammad Saw
memerintahkan kepada Abu Bakar melaksanakan ibadah haji dengan kaum Muslimin,
sekaligus diperintahkan untuk mengumumkan kepada mereka pada hari Nahar, bahwa
setelah tahun ini, orang musyrik tidak dibolehkan melaksanakan ibadah haji, dan
orang telanjang tidak dibenarkan untuk melakukan thawaf keliling
Baitullahil-Haram. Untuk peristiwa ini, Allah Swt menurunkan wahyu-Nya:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّمَا الْمُشْرِكُونَ
نَجَسٌ فَلَا يَقْرَبُوا الْمَسْجِدَ
الْحَرَامَ بَعْدَ عَامِهِمْ هَٰذَا
ۚ وَإِنْ خِفْتُمْ
عَيْلَةً فَسَوْفَ يُغْنِيكُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ
إِنْ شَاءَ ۚ إِنَّ
اللَّهَ عَلِيمٌ حَكِيمٌ
Yang terjemahannya sebagai berikut:
“Hai orang-orang yang beriman,
sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu najis, maka janganlah mereka mendekati
Masjidil-Haram sesudah tahun ini.” (At-Taubah, 28).
- Tahun Kesepuluh Hijrah
Pada tahun 10 hijriah Nabi Muhammad Saw mengutus Ali bin Abi
Thalib ke Bani Madzij dari penduduk Yaman. Maka beliau berangkat ke sana dan
sesampainya di sana beliau menemui mereka dan mengajak mereka untuk memeluk
agama Islam. Mereka menolak ajakan Ali ini dan melempari kaum Muslimin dengan
bongkahan batu-batu, maka oleh kaum Muslimin tindakan mereka itu dibalesnya dan
akhirnya mereka kalah dan minta damai, dan oleh Ali permintaan mereka ini
dipenuhi.
Dan Ali menemui mereka dan mengajak mereka untuk memeluk
Islam, maka mereka mengikuti ajakan Ali dan masuk Islam semuanya.
Dan pada tahun ini juga Rasulullah Saw mengutus Mu’adz bin
Jabal dan Abu Musa Al-Asy’ari untuk mengajarkan ajaran-ajaran syariat islam.
Mu’adz diutus ke penduduk Kurah al-‘Ulya dari arah ‘Adn, sementara Abu Musa
diutus ke Kurah as-Sufla.
- Haji Wada’
Nabi Muhammad Saw beserta seluruh sahabatnya pada tahun 10
hijriah berangkat menunaikan ibadah haji tepatnya pada hari Sabtu tanggal 25
Dzulqo’dah menuju kota Mekkah. Sesudah sampai di kota Mekkah, maka pada tanggal
8 Dzulqo’dah Beliau berangkat menuju Mina dan bermalam di sana. Dan pada
tanggal 9 Dzulhijjah Beliau menuju Arafah dan di sana Beliau berkhutbah yang
dikenal dengan nama Khutbatul Wada’, dimana Beliau dalam khutbah itu
menjelaskan tentang hal-hal terpenting dari pokok-pokok dan cabang-cabang Agama
Islam. Dan pada hari itu turun wahyu Allah Swt yang berbunyi:
الْيَوْمَ
أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ
عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا
Yang terjemahannya sebagai berikut:
“Pada hari ini telah Ku sempurnakan
untuk kamu agamamu, dan telah Ku cukupkan kepadamu ni’mat Ku, dan telah Ku
ridhai Islam itu jadi agama bagimu.” (Al-Maidah, 3).
Setelah selesai menunaikan ibadah haji, Nabi Muhammad Saw
pulang ke Madinah dengan selamat. Dan dengan berakhirnya tahun kesepuluh dari
hijrahnya Rasulullah Saw dari Mekkah ke Madinah, maka telah sempurna misi
Beliau di Madinah selama sepuluh tahun kurang dua bulan dan sebelas hari.
- Sakitnya Nabi Muhammad Saw
Pada tahun 11 hijriah Nabi Muhammad Saw mulai sakit-sakitan.
Dan ketika sakit Beliau semakin parah, Beliau meminta ijin kepada seluruh
isterinya, agar Beliau bisa dirawat di kediaman Aisyah saja. Ketika Beliau
merasa udzur untuk melaksanakan shalat berjamaah dengan kaum Muslimin para
sahabatnya, beliau menyuruh Abu Bakar agar shalat mengimami mereka. Beliau
sendiri kemudian pergi keluar masjid, berjalan dipapah oleh Ali dan Fadhal,
sementara Abbas mendahului berjalan di depan.
Nabi Muhammad Saw dibebat kepalanya sambil berjalan
tertatih-tatih dengan kedua kakinya, hingga sampai di undakan terbawah dari
mimbar. Maka para sahabat mengerumuni Beliau berebutan. Maka Beliau mengucapkan
hamdalah seraya memuji dan memuja Allah Swt, kemudian bersabda: Wahai manusia,
sampai berita kepadaku bahwa engkau semua takut kematian nabimu. Apakah ada
Nabi sebelum aku ini yang kekal, sehingga aku juga akan kekal (tidak mati)?
Ketauhilah, bahwa Aku akan menemui Rabbku, dan kamu akan menemuiku kelak. Maka
aku wasiatkan kepadamu agar berbuat paik terhadap para Muhajirin Pertama, dan
juga Aku wasiatkan kepadamu agar sesama kamu semua berbuat kebajikan. Kemudian
berkata di akhir khutbahnya: Ketauhilah bahwa Aku adalah pendahulu bagimu dan
kamu akan menyusul menemuiku. Ketauhilah bahwa sesungguhnya janjimu nanti
ketemu di Haudh (Telaga). Ketauhilah, bahwa barangsiapa yang senang untuk bisa
datang ke telaga itu dan bertemu denganku, maka hendaklah tangan dan lidahnya
dijaga dari berbuat dan berkata yang tidak pada tempatnya, kecuali yang pantas
untuk dikerjakan.
- Wafatnya Nabi Muhammad Saw
Ketika Nabi Muhammad Saw wafat, sahabat Abu Bakar sedang
tidak ada di Madinah. Sewaktu diberi tahu bahwa Nabi Muhammad Saw wafat, maka
beliau segera datang ke rumah Aisyah dan masuk ke dalam seraya membuka kain
penutup wajah jenazah Rasulullah Saw dan kemudian menciumnya dan terus
menangis.
Selanjutnya beliau keluar dan mengucapkan pidato, maka
beliau memuji Allah dan menyanjungnya. Selanjutnya berkata: “Ketauhilah,
barangsiapa yang menyembah Muhammad, maka sesungguhnya Muhammad kini telah
mati, dan barangsiapa menyembah Allah, maka sesungguhnya Allah tetap senantiasa
hidup tidak akan pernah mati. Kemudian beliau membaca firman Allah Swt:
إِنَّكَ
مَيِّتٌ وَإِنَّهُمْ مَيِّتُونَ
Yang terjemahannya sebagai berikut:
“Sesungguhnya kamu akan mati dan
sesungguhnya mereka akan mati (pula).” (Az-Zumar, 30).
Dan firman Allah Swt:
وَمَا مُحَمَّدٌ إِلَّا رَسُولٌ قَدْ
خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ
ۚ أَفَإِنْ مَاتَ
أَوْ قُتِلَ انْقَلَبْتُمْ عَلَىٰ
أَعْقَابِكُمْ ۚ وَمَنْ يَنْقَلِبْ
عَلَىٰ عَقِبَيْهِ فَلَنْ يَضُرَّ اللَّهَ
شَيْئًا ۗ وَسَيَجْزِي اللَّهُ
الشَّاكِرِينَ
Yang terjemahannya sebagai berikut:
“Muhammad, itu tidak lain hanyalah
seorang Rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang Rasul. Apakah
jika dia wafat atau dibunuh kamu akan berbalik ke belakang (murtad)?
Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan
mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada
orang-orang yang bersyukur.” (Ali Imran, 144)
- Jenazah Nabi Muhammad Saw Dimakamkan
Jenazah Nabi Muhammad Saw baru dimakamkan setelah selesai
ditetapkan dan dibai’atnya Abu Bakar menjadi Khalifah pengganti Beliau, menjadi
pemimpin kaum Muslimin. Jasad Rasulullah Saw dimandikan kemudian dikafani
dengan tiga helai kain, tidak ada padanya baju, dan tidak adanya pula surban.
Kemudian jamaah kaum Muslimin menshalati jenazah Beliau satu
persatu tanpa imam, secara bergantian. Pertama kaum lelaki, kemudian wanita dan
selanjutnya anak-anak. Jenazah Beliau dimakamkan di rumah Aisyah, tempat dimana
Beliau wafat.
Dimakamkan pada malam rabu tengah malam, dan di atas
makamnya dipercikkan air oleh Bilal, sementara letaknya agak ditinggikan
sekedar satu jengkal dari permukaan bumi. Semoga Allah Swt menganugerahkan
shalawat dan salam kesejahteraan kepada Beliau, dan kepada keluarga serta para
sahabatnya semua.
- Usia Nabi Muhammad Saw
Usia Nabi Muhammad Saw adalah 63 tahun. Empat puluh tahun
dijalani sebelum ditetapkannya sebagai Nabi di Mekkah, tiga belas tahun sesudah
beliau menjadi Nabi di Mekkah juga, dan sepuluh tahun beliau jalani di Madinah
sesudah hijrah.
Para ahli tarikh telah bersepakat bahwa hari lahir Nabi
Muhammad Saw, hijrahnya dan wafatnya adalah pada hari senin tanggal 12 Rabiul
Awwal. Semoga Allah Swt menganugerahkan shalawat dan salam kesejahteraan kepada
Beliau dan kepada keleuarga serta para sahabatnya semua.
Source : http://alwib.net/